RADARMETROPOLIS: Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot)
Surabaya menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama Pentahelix atau
multipihak yang terdiri dari pemerintah, media, komunitas, pengusaha, businessmen,
dan juga akademisi serta berbagai elemen masyarakat. Wali Kota Surabaya meminta
diskusi ini tidak ada teori lagi tetapi langsung praktek. Setelah didiskusikan,
langsung bergerak,
FGD yang digelar melalui zoom meeting itu diikuti oleh Wali
Kota Eri bersama jajarannya dari lobby lantai 2 Balai Kota Surabaya.
Adapun narasumber yang dihadirkan dalam zoom tersebut adalah
Pakar Epidemiologi/Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Dr. Santi Martini,
dr, M.Kes.
Kemudian Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unair Dr. Windhu Purnomo, dr, MS.
Lalu Ketua IDI Cabang Surabaya Dr. Brahmana Askandar
Tjokroprawiro, dr, Sp.OG(K).
Dan terakhir Pembina Perhimpunan Sarjana dan Profesional
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Estiningtyas Nugraheni, SKM.
Dalam acara tersebut mereka memberikan materi yang
berbeda-beda, namun tetap dalam tema: “Surabaya Menuju Zona Kuning.”
Mengawali diskusi itu Wali Kota Surabaya Eri Cahydi
menyampaikan bahwa Surabaya hari ini terus melakukan langkah-langkah
percepatan, baik percepatan untuk berubah dari zona orange menuju zona kuning,
termasuk pula percepatan vaksinasi Covid-19.
Sehubungan dengan itu Ery minta arahan dan masukan dari para
narasumber dan semua elemen masyarakat.
“Langkah-langkah apa saja yang harus kami lakukan dalam
rangka percepatan ini. Sebab, kami punya tekad dengan Forkopimda untuk bisa
merubah zona oranye ke kuning dalam jangka waktu satu bulan ke depan,” kata Ery
memberikan pengantar dalam FGD, Rabu (18/8/2021).
Ia juga sangat yakin bisa mengubah zona dan mempercepat
vaksinasi jika dikerjakan secara bersama-sama. Apalagi dalam kebersamaan itu
juga ada seluruh partai yang ada di Surabaya, seluruh ormas, dan semua elemen
masyarakat lainnya.
“Kalau kita bersama-sama turun memberikan pengertian dan
sosialisasi, maka perubahan itu bisa segera terwujud di Kota Surabaya, dan
perekonomian di Surabaya bisa segera bergerak kembali,” ujarnya.
Dengan kebersamaan dan gotong-royong dari semua elemen masyarakat,
Ery sangat meyakini bisa melewati semua itu. Ia juga sadar bahwa membangun
sebuah kota harus dilakukan dengan kebersamaan dan gotong-royong.
“Mari didiskusikan langkah-langkah apa saja yang mungkin
bisa kita lakukan, tidak ada teori lagi, langsung prakteknya. Setelah kita
diskusikan, kita langsung bergerak,” tegasnya.
Sementara itu Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unair Dr. Windhu Purnomo mengatakan bahwa saat ini posisi Surabaya
masuk dalam level 4 sesuai dengan asesmen level situasi. Tentunya itu harus
terus diturunkan.
“Kalau kita lihat dari situasinya, sudah banyak yang bagus
karena sudah banyak penurunan,” kata Dr. Windhu.
Ia juga mengapresiasi pelaksanaan 3T (testing, tracing,
treatment) yang ada di Kota Surabaya. Namun begitu, ia meminta semua orang yang
sudah berhasil dilacak, harus dites semuanya. “Saya kira kita mampu melakukan
ini,” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengapresiasi vaksinasi di Kota Surabaya
yang dinilainya saat ini sudah hebat dan bagus. Meski begitu ia meminta untuk
tidak cepat puas dan berhenti di sini saja.
“Kalau bisa, kita kejar vaksinasi sampai 100 persen penduduk
Surabaya. Karena ketika varian delta meluas, sebenarnya kita ini mustahil
mencapai herd immunity alamiah. Makanya kita harus kejar vaksinasi 100 persen,
supaya Surabaya bisa masuk ke hijau. Yang paling penting, ayo kita perangi
bersama-sama Covid-19 ini,” tandasnya. (rie)
0 comments:
Posting Komentar