“Jika terjadi banjir, benih-benih tersebut masih bisa
bertahan,” kata Hadi Sulistyo, Jumat (20/11/2020). Menurutnya, dengan lahan
pertanian seluas kurang lebih 1,2 juta hektar yang dimiliki Jawa Timur, maka
hal itu perlu dilakukan untuk ketahanan tanaman padi
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa fenomena La-Nina merupakan
siklus lebih dinginnya laut Pasifik Ekuator. Hal ini akan mempengaruhi sistem
iklim global dengan intensitas hujan sedang hingga lebat.
“Dampaknya akan terjadi penurunan suhu, musim hujan lebih
awal, dan berpotensi menimbulkan bencana, seperti banjir, longsor hingga puting-beliung,”
terangnya.
Hadi mengungkapkan bahwa badai La-Nina datangnya tidak
didahului dengan adanya tanda-tanda. Biasanya terjadi secara mendadak. Oleh
karena itu ia meminta hendaknya dampak La-Nina ini harus diwaspadai.
"Maka itu, kami minta Dinas Pertanian di seluruh Jatim
waspada, dan siap menghadapi cuaca La-Nina," tandas Hadi Sulistyo.
Informasi dari BMKG memberitahukan bahwa musim hujan sudah
mulai terjadi di Jatim pada bulan November ini. Puncaknya, cuaca ekstrem pada
masa pancaroba ini diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari awal tahun
2022 mendatang.
Sementara itu pandemi COVID-19 juga masih mendatangkan dampak
yang memerlukan penanggulangan. Diantaranya dampak yang dirasakan petani,
antara lain terganggunya distribusi, kelebihan suplai di tingkat petani
sehingga menyebabkan harga jatuh dan mengakibatkan terbatasnya modal usaha.
Dengan mempelajari situasi hambatan tersebut, Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim telah menyiapkan tiga agenda, yaitu agenda
mendesak, menengah, dan jangka panjang.
Agenda mendesak adalah stabilisasi harga pangan. Hal ini
menjadi perhatian utama. Selain itu membangun buffer stok pangan utama di
daerah, social safety net, memfasilitasi pembiayaan petani melalui KUR (Kredit
Usaha Rakyat) dan asuransi pertanian serta memperluas akses pasar melalui
pengembangan toko tani dan usaha kemitraan.
Agenda jangka menengah adalah mengantisipasi kekeringan,
family farming, dan penguatan ekspor pertanian.
Sedangkan agenda jangka panjang, bahwa implementasi serangkaian
kebijakan pertanian tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian dua
persen setiap tahun. Untuk ini upaya yang dilakukan adalah menurunkan
kehilangan hasil serta meningkatkan indeks pertanaman.
Selain itu juga mendorong tumbuhnya petani milenial,
pengembangan korporasi petani di era digitalisasi pertanian 4.0, dan peningkatan
ekspor serta Nilai Tambah Petani atau NTP.
Penting diketahui, berdasarkan data hingga 17 September 2020
diketahui potensi produksi padi Jawa Timur masih surplus. Produksi beras
mencapai 3 juta ton beras dan jagung 3,4 juta ton. (ADV)
0 comments:
Posting Komentar