RADARMETROPOLIS: Surabaya – Meski terkena dampak pandemi Covid-19
kondisi industri di wilayah Jawa Timur masih bisa bertahan dan tetap kondusif. Hal
ini diungkapkan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur,
Adik Dwi Putranto.
Kondisi tersebut disampaikan setelah Kadin melakukan
koordinasi dengan sejumlah pelaku usaha terkait dampak Pandemi Corona Virus
atau Covid-19 terhadap kinerja ekonomi Jatim, utamanya sektor logistik laut dan
jalur kepulauan, yang digelar di Graha Kadin Jatim.
Diungkapkan lebih lanjut oleh Adik, bahwa memang ada
beberapa yang terdampak dan mengalami penurunan kinerja, tetapi penurunan
tersebut masih dalam kondisi wajar dan bisa diterima. Untuk itu, ia berharap
pemerintah Provinsi Jatim tidak menerapkan kebijakan lockdown karena dampaknya
justru akan memperburuk kondisi masyarakat, utamanya masyarakat kelas bawah.
Menurutnya, pemberlakuan lockdown harus hati-hati dan harus
ditimbang dengan benar. Karena lockdown akan merugikan banyak pihak.
Para pimpinan asosiasi pengusaha hadir dalam acara
koordinasi yang digelar oleh Kadin tersebut, diantaranya Ketua Umum DPD
Gabungan Importir Seluruh Indonesia (Ginsi) Jatim Romzi Abdullah, Ketua Umum
Indonesian National Shipowners Association (INSA) Jatim Steven H Lasawengen,
dan Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur Jatim
Henky Pratoko.
Ketua Umum DPD Ginsi Jatim Romzi Abdullah, memberikan
pandangan yang senada dengan pimpinan Kadin Jatim. Menurutnya lockdown akan
sangat memberatkan masyarakat kelas bawah. Untuk itu ia berharap berharap
pemerintah tidak mengambil langkah lockdown.
Romzi menilai kondisi arus barang impor saat ini sudah mulai
lancar pasca Tiongkok membuka kembali perdagangan mereka. Dengan mulai
lancarnya arus barang impor dari Tiongkok, diharapkan bahan baku industri bisa
terpenuhi.
Di saat awal Wuhan terkena dan ditutup, impor bahan baku
dari Tiongkok memang distop. Tetapi para pengusaha yang tergabung dalam Ginsi
masih dapat bahan baku dari Asia, seperti dari Malaysia, Vietnam, Thailand, dan
Korea, meskipun tidak sebanyak yang dari Tiongkok. Di saat bahan baku dari Asia
berkurang, Tiongkok sudah dibuka.
“Nah, harapan kami ini akan semakin stabil. Kapal-kapal dari
Tiongkok sudah mulai berdatangan, ada 16 kapal besar, bahan baku tidak
berhenti," jelasnya.
Hanya saja produksi tidak seperti biasanya, dikarenakan
industri di Jatim sudah mulai melakukan social distancing. Kalau biasanya jam
kerja karyawan bisa tiga shift, maka sekarang hanya satu shift saja. (rcr)
0 comments:
Posting Komentar