RADARMETROPOLIS: Surabaya – Para pemilih Partai Golkar solid
memilih pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf Amin dan
mengikuti arahan partai sebagai parpol pengusung. Prosentasenya mencapai 41,6
persen. Hal ini diketahui berdasarkan riset yang dilakukan oleh PolMark
Research Center (PRC)
Sedangkan yang belum menentukan pilihan sebanyak 27,8 persen
lainnya. Sementara sebanyak 30,6 persen sisanya lebih memilih Prabowo-Sandiaga
Uno.
Di sisi lain, Partai Golkar meraih posisi ketiga dengan
elektabilitas 13.3 persen. Partai berlogo Pohon Beringin ini berada di bawah
PDIP dengan 28.6 persen dan Gerindra dengan 14.1 persen, serta diatas PKB
dengan 11.5 persen.
Di sisi lain dalam survei itu juga dirilis bahwa
Jokowi-Ma’ruf Amin telah unggul telak dari pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.
“Jokowi-Ma’ruf Amin 40,4 persen mengalahkan Prabowo-Sandi
yang hanya 25,8 persen dalam elektabilitas Pemilihan Presiden yang akan
diadakan pada 17 April 2019 akan datang. Sisanya adalah undecided voters
sebesar 33,8 persen,” kata Eko Bambang Subiantoro, Direktur Riset PolMark
Research Center, Jumat (15/3/2019).
Dipaparkan lebih lanjut, bahwa Di Pulau Jawa hasil riset PRC
menunjukkan Jokowi unggul telak. Jokowi 42,5 persen dan Prabowo 21,9 persen.
Sementara di Sumatera, Jokowi-Ma’ruf disebutkan akan meraup
suara dari elektabilitas pilpres sebesar 32,2 persen, kalah sedikit dari
Prabowo-Sandi yang mendapatkan 34,9 persen.
Laporan tersebut adalah ikhtisar sangat ringkas dari 73
survei di 73 Dapil (dari 80 Dapil) seluruh Indonesia. Data yang tersaji adalah
agregat hasil 73 survei yang dibuat dengan perhitungan statistik yang layak.
Survei dilakukan oleh PolMark Research Center (PRC) — pusat riset yang bernaung
di bawah PolMark Indonesia.
Keunggulan survei ini berbeda dengan survei nasional yang
tak mempunyai kemampuan memotret secara detail daerah pemilihan (Dapil),
laporan ini merupakan agregat survei Dapil yang menghimpun potret detail setiap
Dapil.
Dengan demikian, agregat hasil survei 73 Dapil ini adalah
himpunan data yang sangat berdayaguna untuk menggambarkan kenyataan politik
Indonesia berdasarkan detai kenyataan-kenyataan politik lokal. Tentu saja,
kemampuan menggambarkan kenyataan politik ini dibatasi oleh keterbatasan yang
tak terhindarkan sebagai sebuah survei. (ar)
0 comments:
Posting Komentar