RADARMETROPOLIS: Jakarta - Pada Senin (21/1/2018) malam, masyarakat
Indonesia akan dapat menyaksikan fenomena bulan purnama super atau ‘supermoon’.
Sayangnya, gerhana bulan kemerahan atau yang disebut beberapa kalangan sebagai
‘super blood wolf moon’ tidak akan bisa dilihat oleh masyarakat kita, karena
fenomena tersebut tidak bisa dilihat di Indonesia.
Gerhana bulan tersebut sebenarnya akan mulai terjadi pada
pukul 09.30 WIB. Pada pagi ini hanya bisa dilihat dari wilayah yang masih malam
seperti Amerika, Eropa, Afrika, dan di Pasifik Tengah. Hal ini diungkapkan oleh
astronom Avivah Yamani, kepada BBC News
Indonesia.
Apa yang dimaksud
dengan gerhana bulan total?
Gerhana semacam ini terjadi ketika Bumi bersejajar dengan
Matahari dan Bulan. Pada situasi ini, Matahari berada di balik Bumi, dan Bulan
bergerak ke dalam bayangan Bumi.
Apakah Bulan akan
terlihat merah?
Ya. Beberapa kalangan menyebut fenomena ini sebagai ‘super
blood wolf moon’. Kata ‘super’ merujuk pada fakta bahwa Bulan akan berada pada
jarak terdekat dengan Bumi sehingga akan tampak lebih besar dari biasanya di
angkasa.
Adapun kata ‘wolf’ atau serigala merujuk dari sebutan
terhadap bulan purnama pada Januari, yaitu ‘wolf moon’. “Sedikit cahaya
matahari dibiaskan oleh atmosfer Bumi dan mencapai Bulan, membelokkannya ke
sekitar Bumi. Cahaya merah dalam jumlah sedikit ini menyinari Bulan, cukup bagi
kita untuk melihatnya,” papar Walter Freeman, asisten profesor di Universitas
Syracuse, AS.
Kapan dan di mana
fenomena ini bisa disaksikan?
Gerhana bulan mulai pukul 09.30 WIB dan berakhir pada 14.49
WIB. Akan tetapi, publik Indonesia bisa menyaksikan bulan purnama super alias
‘supermoon’ pada Senin (21/1) dan Selasa (22/1).
“Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam
sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya,”
kata Avivah Yamani.
Meski demikian, Avivah mengingatkan, faktor cuaca amat
menentukan untuk menyaksikan ‘supermoon’.
“Untuk Bandung yang hujan dan berawan tebal, sepertinya akan
susah untuk bisa membedakan bulan super ‘yang lebih terang 30%’ dari bulan
purnama saat di titik terjauh dari Bumi.”
“Kalau hujan dan awan, bulan tidak nampak. Kalau nampak di
balik awan pun kita tidak bisa melihat bulan lebih terang,” paparnya.
Bagaimana melihatnya?
Jika cuaca bagus, publik dapat menyaksikan bulan
purnama super dan gerhana bulan dengan mata telanjang secara aman. Sebab
berbeda dengan gerhana matahari, cahaya bulan purnama super dan gerhana bulan
lebih redup sehingga aman untuk melihatnya tanpa peranti khusus. (khr)
0 comments:
Posting Komentar