RADARMETROPOLIS: Semarang - Presiden Joko Widodo mengungkapkan
bahwa Dana Desa yang digaungkan pemerintah selama empat tahun terakhir memiliki
hasil konkret dalam pembangunan infrastruktur atau kebutuhan desa.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi ketika menghadiri
acara Sarasehan Pengelolaan Dana Desa se-Jawa Tengah Tahun 2018 di Gedung Pusat
Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP), Kota Semarang, Kamis (22/11/2018).
Dipaparkan lebih lanjut oleh Presiden bahwa dari program
tersebut setidaknya telah terbangun 123.000 kilometer jalan di pedesaan di
seluruh Indonesia. Sebanyak 11.500 posyandu juga telah dibangun melalui
pemanfaatan dana desa.
"Ada 18.000 PAUD yang telah dibangun dari dana desa.
Ada 6.500 pasar desa yang telah dibangun. Kemudian jembatan 791.000 meter,
28.000 unit irigasi, 1.900 embung, dan 26.700 kegiatan di BUMDes," kata
Presiden Jokowi dalam siaran persnya.
Jokowi pun meyakini bahwa sejumlah infrastruktur desa yang
terbangun tersebut mengindikasikan bahwa program dana desa yang digaungkan
pemerintah selama empat tahun terakhir memiliki hasil konkret dalam pembangunan
infrastruktur atau kebutuhan desa.
Kini, setelah empat tahun berjalan, dana desa diharapkan
dapat mulai menyentuh kepada pemberdayaan ekonomi dan inovasi desa. Salah satu
contohnya ialah transformasi suatu desa menjadi desa wisata yang memanfaatkan
potensi yang ada di sana.
"Saya melihat banyak sekali sekarang desa-desa yang
menjadi desa wisata. Ada yang income per tahunnya sudah Rp14 miliar. Ada yang
income per tahun sudah Rp 4 miliar. Hal-hal seperti ini yang harus dicontoh
oleh desa yang lain dengan format mungkin yang berbeda," katanya.
Selain itu, implementasi program inovasi desa juga
diharapkan meliputi pengembangan ekonomi lokal melalui kewirausahaan dengan
memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Presiden berharap agar desa-desa dapat
mulai berpikir untuk meningkatkan nilai tambah terhadap suatu produk andalan
desa dengan mengubahnya menjadi barang jadi yang dikemas dengan baik.
"Misalnya, di desa ada banyak kebun kopi yang dulunya
dijual mentahan dalam bentuk masih hijau, sekarang dijual dalam bentuk barang
jadi dengan kemasan yang baik, diberi nama yang baik. Kalau tidak bisa barang
jadi, ya ke barang setengah jadi," tuturnya.
Dengan cara itu, masyarakat di pedesaan akan memperoleh
nilai tambah dan keuntungan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
menjual barang mentah atau setengah jadi.
"Karena kalau kita bisa membuat produknya barang jadi,
itu bisa 10 sampai 30 kali lipat nilai tambah yang kita dapatkan,"
ucapnya. (rif)
0 comments:
Posting Komentar