RADARMETROPOLIS: Lampung - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak
para santri muda untuk bersikap tidak pesimis dalam menatap masa depan
Indonesia, meski tantangan yang dihadapi kompleks. Hal ini disampaikan pada
saat bersilaturahmi dengan alim ulama dan santri se-Provinsi Lampung.
Acara tersebut dihelat di Pondok Pesantren Salafiyah
Darussalamah, Braja Dewa, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Jumat,
23 November 2018.
"Jangan sampai pesimis, enggak boleh. Apalagi santri
muda. Harus optimistis melihat Indonesia di tahun mendatang. Jangan sampai
pesimis memandang negara ini. Tantangannya banyak, kompleks. Ini penduduknya
263 juta," ujar Presiden.
Oleh sebab itu Jokowi mengajak semua pihak untuk
bersama-sama bekerja keras dalam membangun negara Indonesia. Pembangunan yang
selama ini dilakukan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa
di dunia internasional.
Lebih lanjut Kepala Negara memaparkan bahwa pada saat ini di
Lampung ada proses pengerjaan beberapa waduk, jalan tol, jalan di kabupaten.
Pembangunan infrastruktur tersebut dimaksudkan agar Indonesia bisa bersaing
dengan negara lain.
“Antar negara berkompetisi. Kita di ASEAN, kalau ketemu
presiden atau PM (perdana menteri) gandengan. Batin saya, pesaing ini, pesaing,"
ujarnya.
Setelah membangun infrastruktur, lanjut Presiden, mulai
tahun depan pemerintah akan juga berkonsentrasi pada pembangunan sumber daya
manusia (SDM).
Secara lebih khusus, Presiden menyebutkan bahwa di pondok
pesantren akan dibangun balai latihan keterampilan atau kerja untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para santri di berbagai bidang
seperti komputer, garmen, desain atau animasi.
"Tahun depan bangun seribu. Dimulai Januari. Skill
dibutuhkan dalam rangka persaingan dengan negara lain," katanya.
Tak hanya itu, pada kesempatan tersebut Jokowi kembali
menggaungkan pesan hendaknya semua pihak merawat persatuan dan kerukunan
bangsa. Terlebih mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 263 juta
juga dianugerahi Allah dengan segala keragamannya, mulai dari suku, agama, adat
istiadat, tradisi hingga bahasa daerah.
"Jangan sampai kita cerai berai. Kita harus menjaga
ukhuwah Islamiyah kita, kita harus menjaga ukhuwah wathoniyah kita," ucapnya.
Presiden mengatakan bahwa gesekan biasanya terjadi ketika
ada pemilihan bupati, walikota, gubernur atau pemilihan presiden.
Untuk itu, ia kembali mengingatkan kepada semua pihak agar
tidak mengorbankan kerukunan bangsa hanya karena pesta demokrasi yang rutin
terjadi setiap lima tahun itu.
"Jadi keliru besar kalau kita mengorbankan kerukunan
kita gara-gara pesta demokrasi itu. Kalau ada pilbup, lihat rekam jejaknya,
prestasinya, gagasannya, ide-idenya, karakternya. Kalau kita tahu, suka
marah-marah atau enggak, suka ngamuk-ngamuk atau nggak, dilihat itu, harus
dilihat. Kalau sudah dilihat, silakan dipilih," tuturnya.
Mengakhiri sambutannya, Presiden berbicara mengenai
kebebasan berekspresi. Ia mempersilakan semua pihak untuk menyampaikan ekspresi
atau pendapatnya dengan baik, sesuai tata krama dan sopan santun.
"Silakan berpendapat, demo juga boleh saja. Negara ini
memiliki tata krama, etika, dan sopan santun. Mari kita jaga nilai itu, nilai
agama, etika, tata krama kita jaga karena kita bangsa Indonesia yang terkenal
akan sopan-santun dan keramahtamahannya," ujarnya.
Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dalam acara
tersebut didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki
Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Koordinator Staf Khusus Presiden
Teten Masduki, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo, dan Bupati Lampung Timur
Chusnunia Chalim. (khr)