RADARMETROPOLIS: Surabaya - Polda Jatim mengimbau hendaknya
masyarakat jangan berlebihan dalam menghadapi berbagai insiden teror terhadap
tokoh maupun simbul keagamaan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Hal
ini disampaikan oleh Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera,
Selasa (20/02/2018).
Menurut analisa Polda Jatim, apa yang terjadi di Lamongan
dan Tuban bukanlah kategori penyerangan. Karena hal itu dilakukan oleh orang
yang mengalami gangguan jiwa atau gila.
"Itu bukan penyerangan, apa terminologinya kalau itu
dikatakan penyerangan. Karena itu hanya ulah orang gila, jadi jangan terlalu
over menghadapinya," ujar Barung.
Barung juga menegaskan bahwa tidak ada pengawalan khusus
maupun pengamanan terbuka atas kejadian tersebut.
Din Syamsudin, tokoh Agama dan juga staf khusus utusan
Presiden untuk dialog antar umat agama dan peradaban, sebelumnya mengecam keras
terjadinya tindak kekerasan terhadap tokoh maupun simbol agama.
"Itu semua tidak bisa diterorir. Saya berkesimpulan
tindakan ini tersusun secara sistemik dan sistematis, karena terjadi secara
bersamaan dan secara beruntun dan ingin mengadu domba antar umat beragama.
Kalau provokasi ini dibiarkan, maka benturan antar umat beragama dan mengganggu
stabilitas keamanan," ujar Din.
Pertanyaannya, siapa pelaku teror tersebut? Ternyata Din
mengaku tidak mengetahui, namun menurutnya pelaku tidak berdiri sendiri.
Untuk itu ia berharap pada aparat penegak hukum, dalam hal
ini Polri, segera mengusut dan mengungkap dengan tuntas siapa dan apa dibalik semua
itu. Kalau tidak maka hal itu akan memunculkan prasangka-prasangka antar tokoh.
"Saya mengimbau pada umat beragama untuk tetap tenang
dan tidak mudah terprovokasi," ujarnya.
Sebagaimana diberitakan, dalam beberapa pekan terakhir sudah
terjadi lima kali penyerangan terhadap tokoh maupun simbul keagamaan.
Kejadian pertama menimpa pimpinan Pondok Pesantren Al
Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong) yang
diserang usai mengerjakan salat subuh pada 27 Januari 2018 lalu.
Selang beberapa hari kemudian, Komando Brigade PP Persis
Ustaz Prawoto juga dianiaya, tepatnya pada 1 Februari lalu di Bandung. Diketahui,
ustad Prawoto akhirnya meninggal dunia.
Sedangkan Biksu Mulyanto Nurhalim asal Desa Babat,
Tangerang, Banten menghadapi persekusi warga. Pada Sabtu lalu (10/2/2018),
Nurhalim dipaksa menandatangani surat perjanjian supaya tak menggelar kegiatan
peribadatan di desanya sendiri.
Kemudian penyerangan di Gereja St Lidwina, Gamping, Sleman,
Yogyakarta. Pelaku bernama Suliyono, asal Banyuwangi, menyerang para jemaah dan
pastor gereja dengan pedang.
Kemudian sekelompok orang yang mengamuk dan menyerang masjid
di Tuban pada Selasa (13/2/2018) dini hari.
Akibatnya, kaca dari pintu dan juga jendela di masjid
Baiturrohim pecah berantakan. Penyerangan masjid jami' ini terjadi sekitar
pukul 02.30 WIB. Pelaku membawa mobil pribadi yang di dalamnya terdapat enam
orang, termasuk dua anak kecil.
Kejadian yang paling baru, seorang pria tak dikenal
melakukan penyerangan kiai di Ponpes Muhammadiyah Karangasem, Kecamatan
Paciran, Kabupaten Lamongan. Pelaku diduga gila dan diamankan anggota Perguruan
Tapak Suci Muhammadiyah dan warga sebelum akahirnya diserahkan ke kepolisian.
(rie)
0 comments:
Posting Komentar