RADARMETROPOLIS: Surabaya - Tema 'Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan,
Pilar Kemakmuran Bangsa' yang diangkat dalam Tanwir I Aisyiyah dinilai Ketua MPR RI Zulkifli Hasan sebagai topik yang responsif terhadap keadaan yang berkembang saat ini. Ia lalu mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada delapan partai yang setuju RUU Miras.
Terlebih dalam forum yang digelar oleh Organisasi Otonom
Wanita Muhammadiyah itu, ramai melakukan pengkajian RUU Miras dan RUU LGBT.
Untuk itu Ketua MPR yang berasal dari partai PAN tersebut langsung menyampaikan apresiasi Tanwir Aisyiyah yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut.
Menurut Zulkifli beberapa perubahan yang terjadi belakangan
ini, sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai zaman dahulu. Contohnya adalah
pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) miras oleh DPR.
Pejabat yang juga politisi PAN tersebut berpandangan bahwa RUU
Miras itu harus ditolak tegas. “Tapi, di negara ini sudah ada delapan partai
yang setuju dengan RUU itu," ungkapnya tanpa merinci partai-partai yang
setuju.
Bang Zul, sapaan akrab Ketua Umum PAN tersebut, selanjutnya mengatakan
bahwa partainya sudah menolak RUU Miras. Ia pun menceritakan bahwa di negara
maju seperti Amerika Serikat saja miras diatur ketat dan dibatasi. Tapi, di
Indonesia malah ada RUU Miras.
Sehubungan dengan adanya RUU Miras tersebut, Zulkfili meminta
teman-temannya di DPR, teman-teman partai politik, harus mengatur peredaran
miras dengan ketat, karena sangat berbahaya.
Pembatasan miras diperlukan, karena menyangkut masa depan
Indonesia, menyangkut juga ketahanan nasional, dan masa depan anak-anak
Indonesia.
Zulkifli menambahkan, bahwa selain miras, DPR juga sedang
ramai melakukan pembahasan mengenai lesbian, gay, biseksual, dan transgender
(LGBT). Mereka minta diakui negara. "Dulu di kampung saya, orang seperti
itu merupakan aib. Ini malah minta diakui," ujarnya.
Pembahasan LGBT di DPR, sebagai bagian dari pembahasan
undang-undang tentang pornografi,. "Sudah ada lima partai yang tidak
menolak. Sama dengan miras tadi. Saya pastikan Partai PAN, pasti menolak dengan
tegas," katanya.
Dari yang disampaikannya tersebut, Zulkifli pun mengatakan
bahwa saat ini seorang ibu adalah penentu arah masa depan hingga akhirat nanti.
Apalagi saat ini pergeseran-pergeseran perilaku yang rentan terjadi, benar-benar
memerlukan perannya.
"Yang pantas menjadi benteng, suri tauladan adalah para
perempuan atau ibu. Merekalah yang akan menetukan arah masa depan. Ibu Aisyiah
adalah penerang republik ini," tutur Zulkifli Hasan, saat
mensosialisasikan empat pilar kebangsaan di hadapan ratusan peserta Tanwir
Aisyiah di kampus Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Sabtu (20/1/2018).
Menurut Zulkfili, dengan kondisi yang terjadi pada saat ini
maka tugas seorang ibu semakin berat. Aplagi Pancasila belakangan ini tidak
diajarkan kembali. Untuk itu kepada ibu-ibu anggota Aisyiah, Zulkifli meminta
untuk terus ikut menjelaskan kepada perempuan lain bahwa perilaku itu tidak
baik, termasuk kepada keluarga terdekat. (sr)