RADARMETROPOLIS: Surabaya - Komisi C Bidang Pembangunan DPRD
Surabaya menegaskan dukungannya terhadap rencana pembangunan angkutan massal
cepat Trem oleh Pemerintah Kota Surabaya. Namun dukungan ini dengan catatan bahwa
pengelolaannya harus melibatkan BUMD atau Badan Usaha Milik Daerah.
Ketua Komisi C, Syaifudin Zuhri, menegaskan bahwa pelibatan
BUMD dalam pengelolaan moda transportasi trem dimaksudkan agar tidak ada
monopoli pihak swasta. “Kalau BOT kuatirnya rugi, jika sudah jadi rongsokan
diberikan ke kita,” katanya, Selasa (31/10/2017)
Syaifudin mengharapkan bentuk keterlibatan pemerintah kota
tersebut diantaranya adalah dalam pelayanan, sistem pengawasan sekaligus
transfer pengetahuan dan keahlian. “Pemerintah punya bargaining, karena menaruh
investasi,” katanya
Menurut politisi PDIP tersebut, dengan melibatkan BUMD dalam
pengelolaannya, akan membuat BUMD mempunyai pemahaman tentang pengelolaan
angkutan massal atau bahkan sebagian kebijakan bisa diambil oleh BUMD.
Sedangkan apabila yang dilakukan adalah sekedar menerima
pelayanan dari pihak pengelola swasta, maka pemerintah kota berarti tak mempunyai
keberpihakan kepada masyarakat, apabila ada penaikkan harga tiket.
“Karena jika berkaitan dengan transportasi, pemerintah
bertanggung jawab kepada masyarakatnya,” katanya.
Pada 23-30 Oktober, sebanyak delapan anggota Komisi C DPRD
bersama perwakilan pemerintah kota
Surabaya telah melakukan kunjungan kerja ke Frankfurt, Jerman guna
mengetahui manajemen dan pengoperasian angkutan massal cepat, berupa trem dan
bus way.
Syaifudin Zuhri menilai pelayanan transportasi massal
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan publik. Dari pengamatan para anggota dewan
di Frankfurt, kawasan pemukiman dan perkantoran semuanya terkoneksi dengan
angkutan massal. Sehingga ada ketepatan waktu. “Karena semua penjuru dilewati
trem dan bus way,” ujarnya
Ia mengungkapkan, sebenarnya dari sisi estetika adanya trem justru
membuat kondisi kota terkesan ruwet, karena banyaknya kabel udara dan lajur-lajur
khusus angkutan massal.
Namun demikian Syaifudin mengakui bahwa kesadaran masyarakat
di salah satu kota di Jerman tersebut sudah tinggi. “Penduduknya hanya 200
ribu. Sedangkan kita penataan estetika saja merupakan masalah yang sulit,“ katanya.
Namun demikian, Syaifudin menyebutkan bahwa dengan adanya gagasan
Walikota Tri Rismaharini untuk membangun trem, konsekuensinya membutuhkan
penyadaran masyarakat untuk mengubah kebiasaan. Sedangkan sisi positifnya,
pemerintah kota bisa memenuhi pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana
angkutan, terutama untuk ketepatan waktu.
“Di Surabaya jumlah
kendaraan sudah tak terhitung, belum
lagi urbannya,” paparnya
Dengan beroperasinya trem,
konsekuensinya harus ada pembatasan kendaraan pribadi atau angkutan lain yang
melewati sekitar jalur trem pada waktu tertentu. Rekayasa lalu-lintas tersebut
diperlukan agar kepentingan masyarakat tak terganggu.
“Ketika tidak ada pembatasan kendaraan bisa crossing
sehingga menimbulkan kecelakaan,” tandasnya. (ar)
0 comments:
Posting Komentar