RADARMETROPOLIS: Surabaya -
Perbaikan jalan dengan menggunakan metode daur ulang (recycling) dapat
menghemat pengeluaran hingga 39 persen. Oleh karena itu sekarang pemerintah
mulai melirik metode recycling dalam melakukan program pemeliharaan jalan rusak
di tanah air. Selain hemat anggaran, juga sebagai solusi atas menipisnya
material untuk jalan raya.
Di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Jawa Barat , Jawa
Tengah dan Bali, metode yang memanfaatkan kembali material jalan tersebut sudah
dilakukan. Sementara di Jawa Timur pertama kali dilakukan di ruas jalan
nasional Kraci perbatasan Bangil dan Kota Pasuruan, sepanjang 1,475 kilometer (km)
dengan lebar 14 meter sisi kanan dan kiri.
Pejabat Pembuat Komitmen dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional VII, Poernyoto, mengatakan bahwa prinsip dasar dari road recycling
yaitu mengembalikan kekuatan perkerasan jalan dengan mempertahankan geometrik
atau level jalan dengan menggunakan material yang ada di jalan tersebut.
Sehingga hal ini dapat mengatasi ketergantungan akan material baru.
"Itu artinya, anggaran yang dikeluarkan jauh lebih
hemat, karena kita tidak perlu menggunakan material baru untuk memperbaiki
jalan yang rusak," ujar Poernyoto, di sela-sela peninjauan pengerjaan
jalan nasional di Kraci Pasuruan, Selasa (10/10).
Poernyoto mengambil contoh anggaran untuk perbaikan jalan
nasional Bangil-Pasuruan tersebut. Jika perbaikan jalan itu menggunakan perbaikan
standar yang biasa dilakukan, maka biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari
Rp 7,4 miliar per kilometer. Sementara jika menggunakan beton, biayanya lebih
dari Rp 5,1 miliar per kilometer. Sedangkan jika menggunakan daur ulang ini maka
biayanya Rp 4,4 miliar per kilometer.
"Jadi kalau kita menggunakan recycling, anggaran negara
hemat 39 persen," kata Poernyoto.
Selain efisiensi anggaran, road recycling juga dapat menghemat
waktu.
Masih menurut Poernyoto, jika perbaikan jalan rusak
menggunakan metode standar seperti yang dilakukan selama ini, maka pengerjaan
bisa menghabiskan waktu 77 hari per kilometernya. Sedangkan dengan beton 52
hari, dan dengan daur ulang ini hanya 32 hari.
Road recycling ini untuk pertama kalinya dilakukan di jalan
nasional Kraci Pasuruan. Ini, dikatakan Poenyoto, tidak lain karena kondisi
jalan di daerah itu rusak parah karena dilalui kendaraan berat. Selain itu,
jalan itu adalah jalan padat kendaraan sehingga untuk perbaikannya dibutuhkan
sesuatu yang tidak hanya cepat pengerjaannya namun harus tahan lama.
"Tidak semua jalan bisa dilakukan road recycling ini.
Kami perlukan uji lapangan dulu, jalan mana yang bisa dan tidak,"
ungkapnya.
Hal itu dibuktikan dari kontrak perbaikan jalan mulai Gempol
hingga Probolinggo sepanjang 115 kilometer, yang ternyata hanya jalan sepanjang
1,475 kilometer yang bisa diperbaiki dengan menggunakan teknik tersebut.
Selebihnya dengan cara yang lama dan juga beton.
Sementara itu, Direktur PT Gaya Makmur Surabaya, Julius
Sikku, selaku dealer dari alat road recycling dari Wirtgen Jerman, road
recycling ini seharusnya sudah mulai digunakan untuk memperbaiki jalan-jalan di
Jawa Timur, terutama di dalam kota Surabaya dan jalan-jalan yang banyak dilalui
kendaraan berat.
Jika di perkotaan, teknik ini bagus karena tidak akan
menambah ketinggian jalan dari tahun ke tahun. Namun justru memperbaiki jalan
dengan kondisi ketinggian tetap seperti semula. "Sekarang teknik ini sudah
banyak digunakan di daerah, khususnya DKI Jakarta dan Kalimantan. Di Indonesia
alat road recycling ini sudah terjual sekitar 30 unit," ungkapnya. (ruf)
0 comments:
Posting Komentar