RADARMETROPOLIS: Jakarta - Senin (16/10/2017) pagi, nilai
tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta menguat sebesar 23 poin.
Semula per dolar Amerika Serikat dihargai Rp 13.498 menjadi Rp 13. 475
"Indeks harga konsumen Amerika Serikat yang belum sesuai
target mengurangi peluang kenaikan suku bunga pada Desember nanti, kondisi itu
menahan laju dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures,
Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan
indeks harga konsumen naik sebesar 0,5 persen pada September. Ini berarti lebih
rendah dari target The Fed. Hal ini menyebabkan timbulnya ketidakpastian
mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga selanjutnya.
Di tengah situasi itu, mata uang negara berkembang, termasuk
rupiah, cenderung mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
Ia menambahkan bahwa kenaikan harga minyak seiring rencana
sanksi dari Amerika Serikat terhadap Iran juga turut berpotensi menjaga nilai mata
uang berbasis komoditas. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,80
persen menjadi 51,86 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 1,12 persen
menjadi 57,81 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menambahkan
bahwa masih bergulirnya program pembangunan infrastruktur dari pemerintah turut
menjadi katalis positif bagi mata uang rupiah.
"Program infrastruktur pemerintah dapat mendorong
ekonomi Indonesia tetap tumbuh di atas 5 persen, dengan ekonomi yang stabil
maka aset berdenominasi rupiah tetap akan menarik untuk diakumulasi,"
katanya. (rez)
0 comments:
Posting Komentar