RADARMETROPOLIS: Jakarta - Sebagian besar anggota Polri
tidak memiliki senjata api. Itu pun kondisi senjata apinya sangat tidak layak.
Untuk itu Jenderal (Pol) Tito Karnavian Kapolri perlu mendata dan mengevaluasi
keberadaan senjata api serta alat kelengkapan tugas anggota kepolisian,
terutama yang bertugas di lapangan.
Data IPW menyebut, dari 400 ribu anggota Polri, hanya 20
persen yang memiliki senjata api. Itupun sebagian besar senjata apinya sangat
tidak layak, antara lain berkarat, sudah tua dan hasil kanibal dari sejumlah
senjata api yang rusak.
"Akibat tidak layaknya persenjataan anggota Polri ini
muncul dua hal. Pertama, kerap terjadinya kasus salah tembak. Polisi yang
hendak menembak pelaku kejahatan malah salah sasaran," kata Neta dalam
pesan singkatnya, Selasa (3/10/2017).
Menurut Neta, akibat senjata yang tidak layak tersebut
akhirnya anggota masyarakat yang menjadi korban. Tahun 2014 ada 13 kasus salah
tembak dan 2015 ada 20 kasus.
"Kedua, jumlah polisi yang tewas akibat keberutalan
pelaku kejahatan dan teroris kian meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 ada
29 polisi tewas akibat ulah pelaku kejahatan, 2013 ada 27, tahun 2014 ada 41,
dan 2015 ada 10 polisi terbunuh penjahat," kata Neta.
Dengan maraknya ancaman terorisme dan makin banyaknya pelaku
kejahatan bersenjata api, tentunya akan menjadi ancaman bagi masyarakat dan
anggota polisi itu sendiri. Untuk itu Neta memandang bahwa Polri sudah perlu
mengevaluasi keberadaan senjata api anggotanya dan segera membenahi dan
melengkapinya.
“Terutama menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019
yang tingkat kerawanannya sangat tinggi, Polri perlu mengantisipasinya. Salah
satunya dengan melengkapi dan membenahi peralatan tugas kepolisian di lapangan,”
ujar Neta.
Kapolri tidak boleh mendiamkan kondisi tersebut. Minimnya
senjata api yang dimiliki Polri akan berdampak pada anggota kepolisian di
lapangan. Sebab keberadaan senjata api dan kelengkapan peralatan tugas anggota
polisi ini berfungsi untuk dua hal strategis, yakni melindungi masyarakat dan
melindungi keselamatan anggota polisi itu sendiri.
"Bagaimana polisi bisa melindungi masyarakat, jika
polisi itu sendiri tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Bagaimana Polri bisa
profesional jika anggotanya di lapangan menjadi bulan-bulanan pelaku kejahatan
dan teroris. Apalagi menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019, dimana
eskalasi kerawanan meningkat. Jika Kapolri tidak segera mencermati hal ini dan
hanya mengandalkan 20 persen senjata apinya yang sudah tua dan hasil kanibal,
dikhawatirkan akan banyak polisi yang menjadi korban," tandas Neta. (rez)
0 comments:
Posting Komentar