RADARMETROPOLIS: Jakarta - Kebijakan importasi gula mentah bisa
mematikan pendapatan para petani. Oleh karenanya petani tebu se-Indonesia
menolak kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi tersebut.
"Kami di Komisi VI sedang berjuang bagaimana impor gula
dikurangi, jika perlu disetop," kata Khilmi, anggota Komisi VI DPR, dalam
rilisnya, di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Langkah tersebut dilakukan karena importasi gula mentah,
berpotensi mengancam produksi petani tebu di dalam negeri.
Diingatkan, bahwa di saat bersamaan ternyata masih ada
indikasi keberadaan gula rafinasi yang marak beredar di pasaran yang mengesampingkan
gula kristal putih lokal karena harganya lebih murah.
"Seharusnya Kementerian Perdagangan juga bisa
menghitung berapa kebutuhan riil masyarakat akan komoditas gula. Karena ironis,
di satu sisi gula produksi dalam negeri tidak bisa diserap, namun gula rafinasi
membanjiri pasar," tandas politisi Gerindra tersebut.
Khilmi lebih lanjut memperingatkan kepada pemerintahan Joko
Widodo untuk segera merevitalisasi beragam pabrik gula milik BUMN. Agar semua
hasil produksi gula domestik terpakai.
“Dengan demikian, produksi gula juga diharapkan ke depannya
membuka industri turunan baru dan dapat mencapai swasembada gula,” kata Khilmi.
Ia mengemukakan harus ada keberanian untuk menghentikan
impor dalam rangka melindungi petani di berbagai daerah.
Sekedar mengingatkan, pemerintah membuka peluang importasi
gula mentah dari Australia dalam kerangka ASEAN-Australia-New Zealand Free
Trade Area, dan disepakati bahwa besaran bea masuk (BM) komoditas tersebut
sebesar lima persen.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa
meski pemerintah membuka peluang impor gula mentah dari Australia tersebut,
bukan berarti jumlah importasi bahan baku akan meningkat.
"Jumlahnya tetap, tidak berubah. Tetapi sumber bisa
bertambah, dengan demikian harga bisa turun, kita tidak tergantung, tidak
monopoli dari satu negara," kata Enggartiasto, seusai menghadiri Rapat
Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia 2017 di Jakarta, Selasa
(3/10/2017).
Enggartiasto mengharapkan kesepakatan dengan Australia
tersebut bisa menjadi alternatif pemasukan gula mentah oleh pelaku usaha.
Dengan pasokan bahan baku berasal dari negara yang relatif lebih dekat,
diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri dalam negeri. (rez)
0 comments:
Posting Komentar