RADARMETROPOLIS: Jember - Bank Indonesia ingin mendorong
pola pengembangan baru untuk mengakselerasi ekonomi syariah. Sebab ekonomi
syariah tahan terhadap krisis dan bisa mendorong pemerataan pendapatan di
masyarakat. Selain itu, ekonomi syariah berpotensi memberi kontribusi
signifikan terhadap perekonomian daerah.
Penjabat Kepala Deputi Bank Indonesia Jember, Gde Agus Dwi
Wijayakusuma, mengatakan bahwa pola pengembangan ekonomi syariah di Indonesia
relatif perlu mendapat perhatian lebih banyak dari berbagai pihak. Pengembangan
ini membutuhkan sinergi semua pemangku kepentingan dan kebijakan.
Bank Indonesia membuat Indonesia Shari'ah Economics Forum
(ISEF) tahun ini secara nasional sebagai pengikat sinergi tersebut. Bulan ini
memasuki rangkaian Road to ISEF dan Jember menjadi salah satu tuan rumah.
"ISEF untuk menggali informasi, perkembangan, ide-ide
baru, konsep-konsep baru melalui seminar dan sebagainya, sehingga muncul
rekomendasi fresh pengembangan ekonomi syariah. Kami juga mendorong pemahaman
masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah," kata Agus.
Ekomomi keuangan syariah berbeda dengan konvensional, karena tidak berbasis bunga.
Pembagian marjin keuntungan bersama antara nasabah dan bank ditentukan di akhir
kegiatan ekonomi yang dibiayai. "Yang membuat pemerataan dan pola-pola ini
signifikan adalah bukan target, tapi kolaborasi. Kolaborasi jelas. Di syariah,
tak ada spekulasi," kata Agus.
Ekonomi syariah membutuhkan itikad baik bersama dari pelaku
bisnis dan bank, agar usaha maju. "Dengan niat baik, mereka tak mau bisnis
turun. Mereka akan mengupayakan bisnis ini positif dan berkembang. Tapi memang
kondisi perekonomian bisa di luar prediksi," kata Agus.
Agus mengatakan, di wilayah kerja BI Jember yang meliputi
Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, dan Lumajang (Sekarkijang
atau Se-eks Karesidenan Besuki dan Lumajang), perlu ada pola baru untuk
mengembangkan perekonomian syariah.
Baik pola yang terkait dengan sistem pembayaran,
pemberdayaan ekonomi, dan UMKM. Untuk itu pihak BI mengupayakan program ISEF
terlaksana, minimal dengan cara mengedukasi, mendorong kemandirian pondok
pesantren dan elemen-elemen ekonomi syariah.
Kantor BI juga menggandeng perbankan untuk menyinergikan
bisnis ke arah syariah. "Karena di wilayah kerja kami sendiri sudah banyak
komunitas syariah. Dengan sinergi ini, lebih mengakselerasi. Ini selaras dengan
inklusi keuangan, bagaimana bisa sampai ke masyarakat," kata Agus.
Agus pun berharap tidak hanya BI dan perbankan yang
menggerakkan pengembangan ekonomi syariah. Dengan tidak melihat agama atau
apapun, berbagai pihak diharapkan ikut mendorong, karena secara sistem luar
biasa bagusnya. (nis)
0 comments:
Posting Komentar