RADARMETROPOLIS: Surabaya - Gubernur Jawa Timur Soekarwo
menyatakan sejumlah wilayah di Jatim dilanda kekeringan. Sebanyak 422 desa di
27 kabupaten yang mengalami kekeringan. Ini karena bulan September 2017 merupakan
puncak musim kemarau.
Salah satu upaya Pemprov Jatim untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan mengirimkan bantuan berupa dropping air bersih. Upaya lain yaitu
menyalurkan air untuk wilayah yang punya saluran pipa air serta sumur air
dalam.
“Bulan ini puncak kekeringan. Sekarang yang paling
kebingungan air, ada di 130 desa di 23 kabupaten. Kami akan kirim bantuan air
bersih. Kalau ini jadi dibiayai Rp 58 miliar, maka total desanya turun jadi
tinggal 201 desa. Jumlah 201 desa ini sudah nggak bisa diapa-apain, air memang
nggak ada dan pipa nggak mungkin. Ini yang akan kita kirim bantuan air pakai
tangki,” papar Soearwo, Rabu (6/9/2017).
Sementara sejumlah wilayah lainnya yang mengalami kekeringan
diluar total 201 desa diberikan bantuan pipanisasi serta menghidupkan kembali
sumur air dalam. Meski demikian, baru tiga kabupaten yang mengajukan surat
kepada Pemprov Jatim terkait bantuan pengadaan air bersih.
“Yang ajukan surat baru tiga (kabupaten). Kabupaten
Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, satunya lupa. Madura malah belum ada yang
mengajukan. Pengajuan surat ini penting karena dengan mengacu ini statusnya
berbunyi darurat, sehingga uangnya (bantuan) bisa dikeluarkan,” imbuhnya.
Diketahui, jumlah desa yang mengalami kekeringan di Jatim
untuk tahun 2017 ini mengalami penurunan dari awal sebanyak 541 desa pada tahun
2015. Sedangkan untuk tahun 2016 tidak ada wilayah di Jatim yang mengalami
kekeringan karena tidak ada kekeringan, efek dari musim kemarau basah.
Ditambahkan Kabiro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim Benny
Sampirwanto peta kekeringan di Jatim berdasarkan edaran dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Pemprov menerima surat dari BMKG 4 September 2017. Berdasarkan
surat tersebut, musim kemarau terjadi di sebagian wilayah pada pertengahan
Agustus dan puncaknya pada bulan September. Pada Oktober adalah masa transisi
atau pancaroba, dan musim hujan mulai pada bulan November,” kata Benny.
Di bulan September ini, BMKG juga memprediksi curah hujan
yang hanya mencapai 0-100 mm. Pada bulan Oktober nanti diprediksi mulai
memasuki musim hujan, tapi hanya akan turun di sebagian kecil wilayah Jatim.
Khususnya bagian selatan dengan curah hujan berkisar antara 0-400 mm. (sr)
0 comments:
Posting Komentar