RADARMETROPOLIS: (Surabaya) - Untuk melihat secara langsung penanganan
kasus narkoba di wilayah Jawa Timur, Kamis (20/7/2017) anggota Komisi III Dewan
Perwakilan Rakyat mengunjungi Mapolda Jatim. Diperoleh informasi, jaringan
peredaran narkoba di lembaga pemasyaratan ternyata masih sulit dibongkar.
Ketua rombongan Komisi III DPR Desmond J Mahesa mengatakan, dalam
acara tersebut pihak kepolisian serta BNNP menjelaskan tentang kesiapan mereka dalam
memberantas peredaran narkoba serta kondisi lembaga pemasyarakatan yang ada di
Jatim.
"Dalam pertemuan tadi, kami mendengar paparan terkait
kesiapan BNNP, kesiapan Dirnarkoba serta kapasitas lapas yang ada di Jatim.
Dari gambaran-gambaran tersebut kelihatan, dimana jalur masuk narkoba yang
beredar di Jatim," kata Desmond.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra itu lebih lanjut mengatakan,
antara BNNP dan Dirnarkoba sudah sangat memahami, sehingga tinggal menjalankan
operasi-operasi ke depan. Walau saat ini peredaran narkoba pertumbuhannya tidak
terlalu signifikan, namun dirinya berharap Polda serta BNNP Jatim bisa lebih
baik lagi dalam pemberantasan narkoba.
"Hal yang dipaparkan ini bisa jadi percontohan untuk polda-polda
yang lain," kata Desmond
Ditanya masih banyaknya peredaran narkoba di lapas, Desmond
mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi jika pencegahan BNNP dan Dirnakoba
dilakukan secara benar.
"Dari gambaran tadi perlu dibangun komunikasi yang
baik. Misalnya lalu lintas orang yang masuk lapas, telepon genggam. Persiapan
koordinasi dari peristiwa yang lalu, kami sepakat untuk memperbaiki,"
tandas Desmond.
Di beberapa daerah lain, menurut Desmond diketahui BNN tidak
boleh masuk ke lapas. Namun di Jatim, BNN boleh masuk ke lapas. Itu menunjukkan
sudah ada kesepahaman tentang pemberantasan narkoba.
"BNN pun telah menyadari bahwa tidak mungkin ada
narkoba di lapas kalau BNN sudah melakukan hal yang maksimal dan mereka mengakui
bahwa ada jalur-jalur yang selama ini tidak terdeteksi," ujarnya.
Kepala BNNP Jatim Brigjen Pol Fatkhur Rahman mengakui,
pihaknya masih kesulitan untuk mengungkap jaringan narkoba yang ada di lapas.
"Mau kesana barang bukti tidak ada. Begitu kami masuk telepon genggam itu
sudah tidak ada. Salah satu cara ya meniadakan telepon genggam. Masalahnya ada
yang menyewakan telepon genggam," tutur Fatkhur.
Terkait adanya permainan dari sipir lapas untuk memasukkan
narkoba ke dalam penjara, dirinya mengakui hal tersebut. Fatkhur menjelaskan,
napi tidak akan bisa mengedarkan narkoba dan bekerja sendiri tanpa bantuan dari
oknum sipir.
"Kami akan meningkatkan koordinasi dengan Kanwilkumham,
Kepala Divisi Pemasyarakatan agar ke depan lebih meningkat lagi pengawasannya,"
tegas Fatkhur. (erha)
0 comments:
Posting Komentar