RADARMETROPOLIS: (Pamekasan) - Kebijakan pemerintah yang
tidak akurat dinilai sebagai salah satu penyebab utama kelangkaan stok
sekaligus meroketnya harga jual garam dalam setahun terakhir. Penyebab lainnya
adalah faktor cuaca. Hal ini mengakibatkan petani gagal panen selama 2016 lalu.
"Pada 2016 lalu kita gagal panen karena faktor cuaca,
saat itu masuk katagori kemarau basah atau lamina. Bahkan gagal panen saat itu
mencapai 106 ribu ton dalam skala nasional," kata Sekjen Asosiasi Petani
Garam Republik Indonesia (APGRI) Faisol Baidowi, Sabtu (29/7/2017).
Terkiat dengan kebijakan Faisol menilai bahwa ketetapan
impor untuk memenuhi kebutuhan nasional justru sangat tidak akurat. Garam
konsumsi seharusnya impor sebanyak 256 ribu ton, justu hanya hanya dilakukan
sebanyak 75 ribu ton atau sekitar 25 persen dari rencana importasi. Sehingga
wajar jika saat ini mengalami kelangkaan garam.
Seharusnya pemerintah lebih bijak menyikapi berbagai
kemungkinan, khususnya dalam persoalan garam. "Bagaimanapun alam tidak
bisa disalahkan, karena itu sudah menjadi kehendak Tuhan. Tapi antisipasi yang
seharusnya dilakukan, justru tidak direalisasikan dengan baik," imbuhnya.
"Regulator itu berupaya menjadikan keseimbangan agar
semua pihak tidak dirugikan, sehingga kita tidak selalu bergantung dengan
melakukan impor garam," kata Faisol.
Selain itu, pihaknya meminta agar pemerintah kembali
mengkaji ulang untuk melakukan impor. "Pemerintah perlu hati-hati
melakukan impor dan perlu dijaga, karena khawatir terjadi benturan datangnya
garam impor dengan panen produksi petani ataupun PT Garam," sambung Faisol.
"Apalagi saat ini produksi garam nasional sudah mulai,
sekalipun kemarin sempat ada gangguan produksi akibat gangguan hujan. Sehingga
langkah konkrit jelas harus segera dilakukan guna mengantisipasi benturan impor
dan masa panen," jelasnya.
Pihaknya juga mengimbau agar pemerintah melakukan dua
langkah antisipasi sekaligus. Masing-masing kebijakan impor sekaligus dengan
skala pendistribusian serta prediksi akurat dari BMKG seputar kondisi cuaca.
"Sebelumnya kami mengusulkan agar segera dilakukan
importasi, tapi pendistribusian menungga kondisi yang tepat agar tidak
berbenturan dengan hasil panen. Termasuk juga harus ada prediksi akurat tentang
musim kemarau dari BMKG, apa saat ini sama dengan tahun lalu atau tidak,"
tegasnya.
Jika barang impor datang secara bersamaan dengan masa panen
petani, pemerintah juga harus sigap menerapkan kebijakan yang tentunya tidak
merugikan terhadap petani maupun PT Garam. "Kalau bersamaan barang impor
perlu ditangguhkan sampai akhir masa panen, biar petani tidak dirugikan,"
pintanya.
"Bagaimanapun produksi nasional perlu dikedepankan dalam
pendistribusian untuk memenuhi pasar konsumsi dan saat ini memang wajar terjadi
kelanggaan. Jadi kalau sekarang silakan impor, tapi hati-hati," pesan
Faisol. (ltr)
0 comments:
Posting Komentar